Jumat, 21 September 2012

Aku 4 Tahun Kedepan





Dibangku sekolah SMA saya selalu berangan-angan mendapatkan Universitas idaman saya, saat-saat aku masih bingung memilih jurusan apa yang kuambil di perkuliahan nantinya. Waktu TK (taman kanak-kanak) aku selalu ditanya oleh guru dan orang tua mengenai apa cita-citaku kelak saat diwasa nanti. Dengan lantangnya aku menjawab menjadi dokter, detik itu hanya uraian kata impian tanpa berpikir panjang, semua itu karena sering melihat acara televisi yang kebanyakan dokter-dokter muda yang membantu para pasien di rumah sakit yang membuatku merasa sangat berguna peran dokter dalam membantu antar sesama hingga aku berkeinginan menjadi seorang dokter. Nyatanya, sekarang impian uang aku cita-citakan saat TK goyah dan tanpa kusadari perubahan itu muncul dengan seketika saat ku beranjak dewasa, cita-citaku yang dahulu kuungkapkan saat duduk dibangku sekolah TK (taman-kanak-kanak) hanya angin lalu saja. Menginjak SD (sekolah dasar), aku justru ingin menjadi guru. Menurutku guru sangat berperan secara nyata dalam kesehariannya memberikan ilmu-ilmu baru dengan tujuan menjadikan siswanya pandai dan bermanfaat kelak dimasa yang akan datang. Seiring berjalannya waktu kulalui bangku SD, SMP, dan SMA.
Menjalani liku-liku pendidikan sangatlah tidak mudah, banyak halang rintang menjadi kendala hingga kita mampu mendapatkan hasil pembelajaran disetiap kejadian yang berlalu secara cepat. Di SMA saat penjurusan, aku tidak tahu memilih jurusan IPA atau IPS. Berdoa setiap hari untuk mendapatkan yang terbaik sesuai kehendak-Nya. Pada akahirnya takdir menyatakanku menjadi siswa jurusan IPA. Tiga tahun kujalani dan ternyata ku tetap saja berkeinginan menjadi guru. Setelah ku berpikir lama ternyata jawabanku hanya satu yaitu menjadi guru MI (madrasah ibtidaiyah). Menurutku menjadi guru MI pasti akan membuatku merasakan pengalaman baru dari sebelumnya, misalnya nanti pasti akan mengajarkan bahasa arab yang dari dulu aku ingin bisa dan tahu bagaimana menerapkan pada diriku dank e orang lain dalam keseharianku kelak saat menjabat menjadi guru MI. Saat itu juga ku memilih kuliah di sebuah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel (IAIN) yang menyediakan jurusan Pendidikan Guru MI. Awal masuk perguruan tinggi jurusan PGMI (pendidikan guru madrasah ibtidaiyah) kubahagia karena cita-citaku yang dahulu kuinginkan dapat kumiliki. Berbagai mata kuliah yang menyenangkan, fasilitas yang kudambakan dan guru pembimbing yang kuidam-idamkan semuanya ada. Dan dari situ juga aku selalu berangan-angan betapa enaknya mengajar anak-anak kecil yang masih polos dan kemungkinan penyerapan ilmu yang akan kuberikan kepada mereka kelak akan mudah difahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah lulus dari perkuliahanku nanti, aku akan mencari sekolah islam dekat dengan rumahku dahulu karena untuk awal dari menjadi guru pastinya ada rasa gelisah, gundah dan khawatir bagaimana cara mendidik siswa baru dimana kita juga pernah menduduki bangku sekolah seperti mereka, Tetapi saat aku sudah berpengalaman minimal tiga tahun menjadi guru MI, maka aku akan cari sebuah sekolah islam yang jauh dari rumah. Ku usahakan pengabdianku menjadi guru tidak sia-sia dan membawa berkah bagiku dan terutama anak didikku kelak akan berguna bagi nusa dan bangsa khususnya Indonesia.
Jika Tuhan berkehendak lain maka aku akan mencari pekerjaan yang lain juga. Aku akan membuka usaha kecil-kecilan. Mengapa aku berkata demikian, karena hidup terkadang tidak sesuai rencana, maka dari itu kita memanfaatkan waktu sebaik-baiknya serta jangan sampai kita diam tidak ada pekerjaan yang kita dapati. Kalu nganggur kan gimana nanti kita menghidupi diri sendiri, apalagi kalau sudah berkeluarga. Sebagai kepala keluarga harus mampu mencukupi kebutuhan keluarganya, maka dari itu kenapa kita harus usaha cari kerja walaupun tidak sesuai dengan idaman kita sebelumnya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar