Dibangku
sekolah SMA saya selalu berangan-angan mendapatkan Universitas idaman saya, saat-saat
aku masih bingung memilih jurusan apa yang kuambil di perkuliahan nantinya.
Waktu TK (taman kanak-kanak) aku selalu ditanya oleh guru dan orang tua
mengenai apa cita-citaku kelak saat diwasa nanti. Dengan lantangnya aku
menjawab menjadi dokter, detik itu hanya uraian kata impian tanpa berpikir
panjang, semua itu karena sering melihat acara televisi yang kebanyakan
dokter-dokter muda yang membantu para pasien di rumah sakit yang membuatku
merasa sangat berguna peran dokter dalam membantu antar sesama hingga aku
berkeinginan menjadi seorang dokter. Nyatanya, sekarang impian uang aku
cita-citakan saat TK goyah dan tanpa kusadari perubahan itu muncul dengan
seketika saat ku beranjak dewasa, cita-citaku yang dahulu kuungkapkan saat
duduk dibangku sekolah TK (taman-kanak-kanak) hanya angin lalu saja. Menginjak
SD (sekolah dasar), aku justru ingin menjadi guru. Menurutku guru sangat
berperan secara nyata dalam kesehariannya memberikan ilmu-ilmu baru dengan
tujuan menjadikan siswanya pandai dan bermanfaat kelak dimasa yang akan datang.
Seiring berjalannya waktu kulalui bangku SD, SMP, dan SMA.
Menjalani
liku-liku pendidikan sangatlah tidak mudah, banyak halang rintang menjadi
kendala hingga kita mampu mendapatkan hasil pembelajaran disetiap kejadian yang
berlalu secara cepat. Di SMA saat penjurusan, aku tidak tahu memilih jurusan
IPA atau IPS. Berdoa setiap hari untuk mendapatkan yang terbaik sesuai
kehendak-Nya. Pada akahirnya takdir menyatakanku menjadi siswa jurusan IPA.
Tiga tahun kujalani dan ternyata ku tetap saja berkeinginan menjadi guru.
Setelah ku berpikir lama ternyata jawabanku hanya satu yaitu menjadi guru MI
(madrasah ibtidaiyah). Menurutku menjadi guru MI pasti akan membuatku merasakan
pengalaman baru dari sebelumnya, misalnya nanti pasti akan mengajarkan bahasa
arab yang dari dulu aku ingin bisa dan tahu bagaimana menerapkan pada diriku dank
e orang lain dalam keseharianku kelak saat menjabat menjadi guru MI. Saat itu
juga ku memilih kuliah di sebuah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel (IAIN)
yang menyediakan jurusan Pendidikan Guru MI. Awal masuk perguruan tinggi
jurusan PGMI (pendidikan guru madrasah ibtidaiyah) kubahagia karena cita-citaku
yang dahulu kuinginkan dapat kumiliki. Berbagai mata kuliah yang menyenangkan,
fasilitas yang kudambakan dan guru pembimbing yang kuidam-idamkan semuanya ada.
Dan dari situ juga aku selalu berangan-angan betapa enaknya mengajar anak-anak
kecil yang masih polos dan kemungkinan penyerapan ilmu yang akan kuberikan
kepada mereka kelak akan mudah difahami dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Setelah
lulus dari perkuliahanku nanti, aku akan mencari sekolah islam dekat dengan rumahku
dahulu karena untuk awal dari menjadi guru pastinya ada rasa gelisah, gundah
dan khawatir bagaimana cara mendidik siswa baru dimana kita juga pernah
menduduki bangku sekolah seperti mereka, Tetapi saat aku sudah berpengalaman
minimal tiga tahun menjadi guru MI, maka aku akan cari sebuah sekolah islam
yang jauh dari rumah. Ku usahakan pengabdianku menjadi guru tidak sia-sia dan
membawa berkah bagiku dan terutama anak didikku kelak akan berguna bagi nusa
dan bangsa khususnya Indonesia.
Jika
Tuhan berkehendak lain maka aku akan mencari pekerjaan yang lain juga. Aku akan
membuka usaha kecil-kecilan. Mengapa aku berkata demikian, karena hidup
terkadang tidak sesuai rencana, maka dari itu kita memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya serta jangan sampai kita diam tidak ada pekerjaan yang kita
dapati. Kalu nganggur kan gimana nanti kita menghidupi diri sendiri, apalagi
kalau sudah berkeluarga. Sebagai kepala keluarga harus mampu mencukupi
kebutuhan keluarganya, maka dari itu kenapa kita harus usaha cari kerja walaupun
tidak sesuai dengan idaman kita sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar